Saturday, September 3, 2011

Antologi Rasa

A novel by Ika Natassa.... 

Keara
We're both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe.
How can we be so different and feel so much alike, Rul?
Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, aku disini terbaring menatap bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu. Three years of my wasted life loving you.


Ruly
Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan tidak sedikitpun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus, Rul.

Harris
Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love.
That's probably as close as I can get to hearing that she loves me.

Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover?


Let's review... :)
Baca novel yang satu ini bikin saya nggak habis pikir sama endingnya. Tapi cukup bagus dengan nggak ngebiasain pembaca selalu mikir ending setiap cerita yang mereka baca harus "Happily Ever After" kayak baca dongeng sebelum tidur anak-anak. Hehe.

Pertama kali mengenal tokoh Keara, dia itu bener-bener ceplas ceplos apalagi match sama sahabatnya yang sama rusaknya kayak Dinda dan Harris, yang terakhir saya sebut dicoret dari daftar sahabatnya because an accident, yang sampe setahun adalah hal yang paling benci dia ingat-ingat. Khusus buat percakapan Keara sama Dinda...bener-bener menurut saya. Bener-bener kacauu sekacau kelakuannya. Haha. Tapi berhasil bikin saya kagum dengan cinta diam-diamnya.

Membaca cerita dengan tokoh Ruly, yang dengan rapi membungkus cinta diam-diamnya untuk Denise - sama halnya dengan Keara. Bahkan sampai Denise menikah dengan orang lain pun, dia masih bisa berharap kalau Denise melihatnya sebagai seseorang yang layak menjadi pendampignya dibanding suaminya yang udah nyia-nyiain dia. Ckckck. 

Dan menyelami tokoh Harris, orang yang rela melakukan apa aja demi orang yang dia cintai tanpa berani bilang sama orangnya - Keara, satu-satunya orang yang udah bikin dia jadi atheis sama cewek-cewek lain :D Haha. Untuk kalimat yang belakang itu, saya suka ketawa bacanya. Sampe segitunya ya? Iyalah kalo kamu pernah merasakan cinta diam-diam yang begitu menyiksa.

Baca novel ini bikin saya ikut merasakan bingungnya jadi Keara, jatuh cintanya Ruly dan patah hatinya Harris yang bener-bener miris. Hehe. Pertama saya liat cover bukunya, saya pikir kurang bagus isinya. Tapi pas udah baca bukunya...unpredictable, dan bikin speechless. Hehe, Lebay? Emang. So, sekali lagi saya bilang, Don't judge the book by it's cover. :)

Saya cuma bisa tarik kesimpulan, perjelas perasaan kamu pas kamu suka seseorang tapi dianya nggak sadar dan kita terlalu takut untuk mengungkapkannya. Yang jelas itu, take it or leave it. Jangan malah galau berkepanjangan tanpa ada kejelasan pilihan kita. Hehe.

Penasaran? Beli makanya.
Trus baca deh sampe kamu menemukan endingnya. Eiiits, jangan dibuka duluan ya halaman terakhirnya. :)

No comments: