Saturday, February 25, 2012

Zona @ Tsunami

Udah pernah baca novel ini kan?
Hehe, iyaa saya baru baca. Telat banget yaa? Ckckck. 

Padahal novel ini terbit tahun 2005. Udah selang tujuh tahun saya baru nemu novel ini dan dapet cerita menarik di dalamnya.

Mutiara yang copywriter dan Zona yang art director bekerja di perusahaan periklanan yang sama di Jakarta. Keduanya saling naksir, tapi sama-sama sok jaim. Mutia selalu bete menghadapi Zona yang selengekan, sementara Zona sering gondok dengan sikap Mutia yang dianggapnya super jutek.

Menjelang akhir tahun 2004, LSM tempat Zona menjadi anggota gerakan pelesarian alam menugasinya menyelidiki suatu proyek yang sedang berlangsung di Taman Nasional Gunung Leuser, NAD. Zona pergi ke Banda Aceh, tapi sebelum ia melanjutkan perjalanan menuju Leuser, datang musibah mahahebat tsunami. Zona lennyap tanpa kabar, tanpa jejak.

Mutia menanggalkan ke-jaim-annya dan nekat berangkat ke Banda Aceh yang porak poranda. Ia bahkan mengais-ngais tumpukan jenazah demi menemukan Zona. Ketegaran Mutia menumbuhkan simpati Dr. Sakti, ahli bedah muda yang rela putus dengan pecarnya demi menjadi "relawan abadi" bagi para korban tsunami. Tepat di pusat bencana, Dr. Sakti berjuang membunuh rasa kasmarannya terhadap Mutia dan justru ikut membantu mencari Zona.

Apa yang sebenarnya telah menimpa Zona? Masih selamatkah dia? Ataukah Zona sudah tewas juga? Sampai kapan Mutia akan bertahan mencarinya?

Okhaaay, Let's review again...

Membaca novel ini bikin saya bener-bener tersadar kalo bencana tsunami kemarin adalah bencana yang mahadahsyat yang menghempaskan begitu banyak harapan. Membuat banyak keluarga kehilangan anggota keluarganya dan memberikan masa depan yang tidak berbentuk lagi kepada para korbannya. 

Tapi novel ini nggak melulu tentang kisah sedih, penulis juga mengemas cerita dengan humor-humor lucu yang cuek, seperti pertentangan hati Dr. Sakti saat berbicara sendiri, atau hanya dalam hati. Bener-bener lucu yang saya nggak pernah kepikiran sampe sana. Hehe.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini.
Salah satunya, kegigihan Mutia dalam mencari Zona. Mutia nggak hanya terpaku pada pencariannya untuk menemukan Zona, tapi siapa sangka kepergiannya ke Banda Aceh bisa membantu para korban bencana tsunami bahkan bisa membimbing para korban untuk bangkit dan memulai hidup baru, ditengah-tengah suasana hatinya yang kacau karena nggak lekas menemukan Zona.

Sedikit-sedikit saya bisa belajar mengerti tentang psikologi orang-orang yang merasakan kehilangan begitu dalam. Karena latar belakang Mutia yang lulusan psikologi membuatnya sedikit banyak bisa membantu mengobati luka hati para korban tsunami. Bener-bener menyentuh dan rasanya nggak terbayang bagaimana kalo saya yang ada di posisi Mutia. 

Di tengah pencariannya, Mutia menemukan fakta baru bahwa Zona sebenarnya memiliki kembaran bernama Ari yang begitu mirip hingga Mutia tidak bisa membedakannya dengan Zona. Selain Dr. Sakti, Ari juga lah yang memberikan support kepada Mutia untuk tetap melanjutkan hidupnya dengan semangat dan melupakan Zona. Tapi rasa cinta Mutia yang begitu besar membuatnya tetap pada pendiriannya untuk mencari Zona. Hingga suatu kenyataan muncul, dan kita nggak bisa menebak endingnya. Hehe.

Highly recommended untuk yang suka baca novel... :)