Saturday, December 24, 2011

Dengan Hati

Mengambil latar belakang isu HIV/AIDS, Dengan hati bercerita tentang persahabatan Mila dan Santi melewati berbagai masalah seputar isu ini. Ada Dini, ODHA yang sedang hamil dan menerima perlakuan diskriminasi. Ada Ian, project manager yang mirip Dermott Mulroney. Dan ada Charlie, si rambut kecokelatan yang selalu menjaga Ian.

Ada cinta dalam persahabatan, cinta antara anak dan orangtua, juga cinta yang terlarang. Ada pertemuan, ada kehilangan. Ada tawa, ada air mata.

Satu persatu konflik yang muncul selalu membawa tokoh-tokohnya pada satu kesimpulan: Hanya dengan hati, semua bisa dijalani dengan lebih baik lagi.

Tapi masih bisakah kembali pada hati dan membiarkan Ayah tercinta beresiko terpapar HIV karena mengoperasi seorang ODHA? Masihkah bisa jujur pada hati dan membiarkan orang terkasih menikah dengan seorang ODHA? Masih sanggupkah berpijak pada hati saat diri sendiri pun beresiko terinfeksi virus HIV?

Saat teori bersinggungan dengan kenyataan, saat idealisme mempertanyakan realita, masihkah Mila, Santi, Dini, juga Ian tetap berpijak dengan HATI?


Allrigth, let's review agaain...
Udah lama banget ya saya nggak review novel... Soalnya baru bulan ini lagi uang saya longgaran dan bisa untuk beli buku. Ehehe.  Saya nemuin novel ini di bookfair gramedia pas lagi diskon. Hehe. Awalnya saya ragu buat beli buku ini. Tapi karena nggak ada yang menarik lagi, akhirnya saya putusin buat beli buku ini.

Novel ini ceritaanya tentang Mila yang bekerja pada WorldCare, salah satu lembaga yang memiliki program penyuluhan tentanh HIV/AIDS. Di tempat kerjanya yang baru inilah Mila bertemu dengan Santi yang akhirnya menjadi sahabatnya. Mila merasa sangat cocok bersahabat dengan Santi karena Santi selalu mengerti jalan pikiran Mila. Ah ya, jangan lupakan juga boss mereka yang menarik tapi juga galak dan sinis jika menyangkut pekerjaan, Ian. Mila seringkali kena tegur Ian dengan cara yang menyebalkan gara-gara membuat modul yang tidak sesuai dengan tujuan WorldCare. Semua itu terjadi karena pemahaman Mila yang masih minim tentang HIV/AIDS. Tapi pelan-pelan, pandangan Mila terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak lagi negatif, namun mulai berempati dan merangkul mereka yang terinfeksi virus HIV. Semua itu berkat Santi.

Santi bukan hanya berperan sebagai sahabat tapi juga kakak baginya. Santi selalu menyenangkan untuk diajak berbagi cerita, berbagi pendapat saat bersama-sama membeli baju, makan di mall selepas kerja, nonton, dan berbagai kegiatan lainnya. Belum pernah Mila merasa memiliki sahabat yang sangat cocok seperti Santi, begitu juga sebaliknya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal pikiran Mila terhadap Santi. Selain itu, fakta yang menjelaskan tentang beberapa sikap Santi selama ini, membuat Mila tak habis pikir bagaimana Santi bisa menjalaninya dengan santai.  

Menerima kenyataan saat Ayahnya, dr.Zakaria harus membantu Dini melahirkan melalui operasi Caesar adalah hal yang paling menakutkan karena Ia tak mau lagi kehiangan orang yang paling disayanginya setelah Mamanya meninggal saat Ia masih kelas 6 SD. Bagaimana kalau selama operasi berjalan ternyata sarung tangan ayahnya ada bocornya dan seaktu-waktu bisa terkena darah Dini? Bagaimana kalau ada luka ditangan ayahnya yang belum sembuh? Namun, ayahnya berhasil meyakinkannya kalau rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama tidak boleh memilih-milih. Selama kita menjalankannya dengan hati, maka semuanya akan terasa lebih baik. 

Lalu Ian, bossnya yang begitu galak dan sinis, ternyata memiliki pemikiran yang terbuka tentang ODHA. Ternyata Ian tak selalu mengerikan seperti saat mereka bekerja. Diam-diam Mila merasa menyukai Ian. Namun saat cinta mulai tumbuh, ternyata ada Charlie si rambut kecokelatan yang menemani Ian. Dan satu persatu kenyataan yang terungkap membuat Mila bingung dengan keadaannya. Yang bisa Mila lakukan hanyalah memelihara kebekuan diantara mereka. Karena kenyataan tak semudah teori yang biasa diucapkannya.

Begitu banyak peristiwa yang mencengangkan perhatiannya, yang menyita pikirannya dan menguras emosinya. Saat rasa kemanusiaannya dipertanyakan, saat kenyataan tak sesuai teori yang sering Mila ucapkan, semua itu terasa berat untuk diterima Mila. Sebab rasa diskriminasi terhadap ODHA bisa muncul secara tersembunyi karena keinginan kita untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang terkasih kita.

Jadi, mau tau endingnya? Baca aja yaa... 
Novel ini sudah cukup lama, tapi apa daya.. Saya baru nemu kemarin. Hehe.
Highly Recommended untuk memberikan kita pengetahuan yang lebih tentang HIV/AIDS, ODHA dan cara pandang kita untuk menyikapinya.

No comments: